|
sketsa wajah |
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Ustadz, bagaimana hukumnya menolak lamaran laki-laki yang berwajah buruk namun memiliki agama yang baik? Di satu sisi kami ingin menjadi wanita shalihah yang seringkali dipersepsikan sebagai ‘menerima laki-laki yang memiliki agama dan akhlak yang baik tanpa memandang hal-hal selainnya’. Namun di sisi lain, kami juga takut tidak ikhlas menjalankan kewajiban sebagai istri karena kecewa dengan fisik suami.
Atas nasihat ustadz, ana sampaikan jazakumullah khaira jazaa’
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
dari: Seorang Akhwat yang gundah di bumi Allah
Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh Akhwat yang baik, esensi dalam sebuah pernikahan adalah kenyamanan batin (sakinah). Hal ini jika terwujud, akan memudahkan kita berkonsentrasi dalam membangun ketakwaan. Inilah yang terpenting untuk dibangun dalam sebuah keluarga islami. Bukan kumpulan materi bisu yang tidak menambah ibadah dan kebaikan seisi rumah, atau kebersamaan semu yang menyakitkan semua pihak di dalamnya.
Jika demikian adanya, maka ada banyak hal yang mestinya kita pertimbangkan ketika memutuskan untuk menerima lamaran seorang laki-laki. Standar agama dan akhlak pasti karena hal itu harga mati. Namun kebaikan agama dan akhlak saja, bagi banyak di antara kita, tidak menjadi jaminan adanya kenyamanan hati itu jika terdapat banyak sekali perbedaan antara suami dan istri. Baik yang berupa karakter, kebiasaan, kemampuan berfikir, kelancaran komunikasi, hingga penampilan fisik. Meski bagi sebagian yang lain, hal ini bisa saja tidak menjadi persoalan berarti.
Mengenai hal ini, Shahabat Umar bin Khattab pernah berkata, “Janganlah kalian nikahkan anak gadis kalian dengan laki-laki yang bertampang jelek karena wanita itu menyukai laki-laki yang ganteng sebagaimana laki-laki itu menyukai perempuan yang cantik!”
Jadi, boleh saja seorang wanita menolak lamaran laki-laki ketika dia merasa tidak sreg dengannya. Hanya saja, jangan sampai hal ini menjadi sesuatu yang diprioritaskan untuk kemudian mengabaikan kualitas agama dan akhlak si pelamar.
Sebab setelah berkeluarga nanti, keqawwaman laki-laki-lah yang mengambil peran terbesar guna teraihnya sakinah itu. Sehingga ketampanan fisik tanpa kemampuan mengayomi keluarga dan menyelesaikan masalah yang ada, juga akan mendatangkan kekecewaan yang besar.
Cobalah beristikharah agar Allah memilihkan yang terbaik, dan kita terhindar dari penyesalan di kemudian hari. Karena rencana Allah-lah yang akan terjadi, bukan keinginan kita. Sehingga kita harus belajar banyak untuk ridha dengan pilihan Allah. Wallahu a’lam.
(arrislah/muslimahzone.com)