Cinta adalah fitrah manusiawi yang diciptakan Allah. Cinta mampu mengganti dendam menjadi kasih, cinta bisa mengubah marah menjadi sayang. Mari sama-sama kita hayati dua kisah cinta yang terjadi di zaman Rasulullah SAW.
Kisah Salman Al Farisi Radhiyallahu An'huSiapa tidak kenal dengan Salman Alfarisi, pemuda Persia yang masuk Islam setelah melihat kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Salman al Farisi juga merupakan seorang yang bertanggung jawab membawa kemenangan kepada umat Islam dalam perang Khandak (perang parit). Beliaulah yang mengusulkan agar tentara Islam menggali parit di sekeliling Madinatul Munawwarah agar pihak musuh tidak berhasil menyerang kota Madinah. Kisah yang ingin saya bawakan kepada sahabat sekalian adalah kisah cinta beliau.
Diceritakan bahwa Salman al Farisi telah jatuh hati kepada seorang gadis solehah di Madinah lalu memperpanjang hasratnya kepada saudaranya yang saleh (melalui persaudaraan Muhajirin-Anshar) yakni Abu Darda '. Lalu Abu Darda 'dengan senang hati bergegas ke rumah gadis solehah tersebut dengan niat mengedit kuntuman bunga yang sedang mekar tak disentuh dek setiap kumbang buat saudaranya, Salman al Farisi. Manakan mungkin kuntuman mawar yang memelihara dirinya itu membiarkan dirinya disentuh dengan mudah oleh kumbang durjana.
Ketika disampaikan lamaran itu kepada wali gadis tersebut oleh Abu Darda ', maka berdebarlah hati Salman al Farisi menantikan jawaban dari si gadis yang duduk di belakang tabir. Telah berkata wali gadis tersebut bahwa, hal itu selayaknya dijawab tuan empunya tubuh. Setelah mendapat jawaban dari gadis solehah tersebut, bertambah berdebarlah Salman Al Farisi untuk mendengar keputusannya.
Ternyata,
Salman Al Farisi bertepuk sebelah tangan dan perasaan cintanya itu hanya bersifat satu arah. Rupanya-rupanya, gadis solehah tersebut berkenan bersuamikan si pelamar, Abu Darda '. Tetapi harus dipahami, bahwa Salman Al Farisi adalah sahabat Rasululullah SAW yang agung, ia hanya pasrah dan redha dengan ketentuan takdir. Ia langsung tidak merungut malah jauh sekali menyalahkan taqdir. Inilah tahap iman para sahabat. Subhanallah
Kisah Ali KaramallahuwajhahSekarang mari kita hayati kisah Ali. Siapa tidak kenal Ali yang merupakan seorang yang Allah muliakan wajahnya karena tidak pernah menyembah berhala. Beliau juga merupakan salah seorang sahabat yang dijamin surga dan merupakan seorang yang sangat cerdas. Rasulullah sangat mengenali saidina Ali karena Rasulullah SAW dipelihara oleh bapak saidina Ali sewaktu kecil yakni Abu Talib.
Kisah Ali kali ini juga tentang kisah cinta beliau kepada Fatimah Azzahra binti Rasulullah. Siapakah Fatimah binti Rasulullah ini? Ia bukan saja memiliki paras yang jelita tetapi memiliki akhlak yang sangat mempesona hasil didikan sang ayah, pembawa risalatul haq dari Rabbul A'lamin.
Fatimah dan Ali adalah teman akrab sejak kecil. Mana mungkin tidak timbul bibit cinta diantara mereka. Mereka telah mengenali hati budi masing-masing sejak kecil, mana mungkin hati tidak terpaut. Ketika Ali sampai umur matang, umur yang memungkinkan beliau memikul tanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah, maka makin membuaklah cintanya kepada Fatimah bagaikan mengalirnya air sungai yang deras tanpa bisa diblokir lagi.
Akan tetapi ia sadar dirinya miskin tidak berharta. Apakah Rasulullah SAW akan memandangnya jika beliau menginginkan ingin memperistri gadis solehah Rasulullah SAW? perasaan cinta dan malu sering bertemu dalam dirinya.
Saban hari ia melihat orang-orang terkenal seperti Abu Bakar Assidiq RA, dan Umar Alkhattab datang melamar sang putri solehah namun keduanya ditolak dengan baik oleh Nabi Muhammad SAW. Ali menjadi semakin bingung. Menantu yang bagaimana yang diinginkan Rasulullah SAW?
Apakah yang seperti Sayyidina Usman bin Affan, saudagar kaya yang telah menikahi puteri Rasulullah SAW yang lain, Siti Ruqayyah atau seperti Abul A'sh ibnu Rabi'ah, saudagar kaya Quraisy yang menikahi saidatina Zainab, putri Rasulullah SAW yang lain. Antara harapan dan khawatir bergelojak di jiwa beliau. Masih ada harapan memiliki Fatimah lantaran lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak.
Namun kekhawatiran melanda diri memikirkan diri tidak standing Sayyidina Usman dan Abul A'sh, menantu Rasulullah SAW yang lain. Namun saudara-saudara Ali dari kalangan Anshar menyarankan mengapa tidak dia saja yang memberanikan diri mengedit kuntuman mawar indah dan harum itu. Kata saidina Ali kepada yang mengatakan itu "aku hanyalah pemuda miskin yang tidak berharta, apakah aku dipandang oleh Raslulullah SAW?". "Jangan khawatir saudaraku, kami di belakang kamu".
Berbekalkan semangat dan keberanian, ia menuju ke rumah Nabi Muhammad SAW dengan harapan mawar mewangi itu dapat ia miliki. Setelah menyatakan keinginannya, ternyata cinta beliau berbalas dan Ali tidak bertepuk sebelah tangan. Rasulullah SAW menerima lamaran Ali. Subhanallah
Kisah dua sahabat agung Rasulullah SAW ini harus dijadikan ibrah untuk kita terutama pemuda pemudi yang ingin mendirikan baitul muslim. Sesungguhnya manifestasi cinta adalah melalui jalan pernikahan. Agar fitrah tidak menjadi fitnah, salurkan mengikuti sunnah dan syariah.