Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Selawat dan salam buat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para keluarganya, para sahabatnya, dan pada umat beliau shallallahu alaihi wasallam.
Kita pernah mengalami juga pernah merasakan ujian dalam kehidupan. Mungkin, tes sewaktu muda mudi dulu, kita berhadapan dengan tes tertulis.
Tes hitam dan putih saat berada di alam pembelajaran di sekolah, universitas, perguruan tinggi, madrasah, dan bermacam lagi. Begitu juga dengan bekerja.
Beberapa sektor pekerjaan masih menggunakan tes di atas kertas sebagai menaikkan taraf dan mutu karyawan dan perusahaan.
Jika direnungkan sejenak, Ujian itu banyak. Dan hasil dari tes juga berbagai. Bermacam-macam.
Soalnya, Ujian itu ada untuk kita.
Ujian dan kitaSebelumnya ... sewaktu menjadi seorang siswa sekolah, saya tidak lari dari tes. Ada Ujian itu, Ujian ini, dan banyak lagi. Namun, ada beberapa hal yang melekat pada memori diri.
Ada satu ketika saat musim ujian, saya merasa tidak tenteram. Tidak tenang. Meskipun pada saat itu telah membuat beberapa persiapan, akan tetapi diri tidak mampu untuk menipu.
Melihat teman lain, ada yang ceria dan tidak peduli. Mereka, bisa berbuat apa yang mereka inginkan dan ambisinya. Ada juga yang yang terlalu peduli dan stress. Mereka tidak duduk senang meskipun posisi mereka cukup senang. Dan ini membuat saya gelisah.
Saya menempatkan diri saya di tengah-tengah. Dan yang membuat saya merasa bersalah, saya tidak ingin mengambil tes sekalipun saya akan berhadapan dengan ujian.
Tidak ingin mengambil risiko. Tidak ingin membuat keputusan. Takut! Seram!!
Putus saja dunia sekolah, saya mencoba melibatkan diri dengan alam pekerjaan.
Pesan Ibu, "Sambil menunggu keputusan, lebih baik gunakan waktu sekejap ni pergi kerja. Timba pengalaman. Belajar cari duit. Biar tahu sedikit, susah atau senang kerja itu. "
Saya setuju.
Tujuannya sederhana. Pergi kerja, dan akhir bulan bawa pulang uang. Tanpa disangka, ia tidak mudah. Ketika itu, saya hanya bekerja selama satu minggu dan berhenti.
Alasan yang saya ajukan, 'saya dapat tawaran sambung belajar.'
Luar biasa!
Namun, secara jujur, saya masih mentah. Tidak mampu menghadapi ujian. Saya lemah.
Di alam persekolahan, kita lebih fokus pada tes tertulis. Dibandingkan pula di alam pekerjaan, kita lebih fokus pada ujian kehidupan. Semuanya tentang tes.
Saya berpikir, kenapa harus tes?
Ujian itu untuk kitaTerkadang, Ujian itu sedikitpun tidak kita pinta. Secara tiba-tiba ia hadir untuk kita. Apa yang pasti, kita tidak bisa lari. Makin kita lari, makin pula Ujian mendekati.
Lari itu tidak akan menyelesaikan Ujian . Sebaliknya, ia menambahkan, dan membebankan ujian yang kita hadapi itu sendiri. Mau atau tidak, kita harus menerima tes itu.
Baik atau buruk, itulah ujian.
Sebelum menghadapi ujian kubur, mukadimahnya adalah tes selama kita hidup. Tes adalah pembelajaran dan pendidikan dari Tuhan.
Juga, tes itu adalah anugerah dan hadiah pada setiap insan. Hidup yang tidak turun dan tidak naik, umpama mati.
Asam garam kehidupan.
Hasil dari Ujian Kalau tes tertulis itu memiliki nilai dan juga grednya, ujian kehidupan juga ada habuannya. Salah satu yang saya dapat berbagi adalah ketenangan jiwa.
Ya, ketenangan itu tidak semua yang memperolehnya. Namun, siapa pun bisa mendapatkannya jika berusaha tanpa putus asa dan juga tepat pada caranya.
Caranya bukan hanya pada proses menghadapi ujian semata. Tapi, ia mulai pada tahap awal kita menerima ujian tersebut. Jika baik, dan prosesnya juga baik, hasilnya pasti baik.
Ingat, hasil tes yang menimpa keatas setiap diri kita, bukan saja membuat kita tenang maupun damai. Tes ini adalah kabar dari Tuhan agar kita terus taat dan setia kepada-Nya.
Apakah ujian yang datang pada kita itu membuat diri kita jadi lebih baik atau sebaliknya? Apakah tes yang hadir itu membuat kita lebih dekat atau lebih jauh dari-Nya?
Dengan ujian, kita mengenali kehidupan. Dengan ujian, kita mengenal Tuhan. Andai tidak ada ujian, pasti beku iman (
akuislam)