“Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridha-Nya, bersabarlah dengan keistiqamahan. Demi Allah dia tidak datang karena kecantikan, ketampanan, kepintaran ataupun kekayaanmu. Akan tetapi Allahlah yang akan menggerakkan hatinya. Janganlah tergesa-gesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih mengetahui selain Allah? Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat. Allah akan menjawab dengan lebih indah, pada saat yang tepat.”
Begitulah kira-kira sebuah sms dari seorang teman, yang ia kirimkan beberapa tahun silam. Ketika awal-awal menerima sms itu, hampir setiap hari lebih dari lima kali aku membacanya. Aku anggap itu adalah obat yang akan menjadi penawar bagi kegelisahan hatiku, penyakit yang membuat konsentrasi belajarku berkurang dan yang membuat malam-malamku terasa panjang. Ya apalagi kalau bukan “cinta”. Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah jatuh cinta.
Cinta adalah sebuah siksaan yang mengasyikkan. Aura sebuah chemistry selalu datang menyinggahi hati kita tanpa bisa kita menafikkannya. Ia datang dengan sayup-sayup, secara diam-diam dan akhirnya menyusup jauh ke dalam lubuk hati kita. Cinta dapat meninggikan derajat manusia melebihi derajat para malaikat. Namun tak jarang cinta justru menjerumuskan manusia, hingga ia jatuh dalam derajat yang lebih rendah dari pada binatang.
Ibnu Qoyyim al-Jauziah mengajarkan kepada kita tentang kaidah cinta yang sebenarnya. “Sebab adalah nyawa bagi cinta, sebab sembarangan hanya akan menumbuhkan cinta yang sembarangan. Cinta yang abadi memerlukan sebab yang abadi pula. Adalah dusta jika kau berkata cintamu abadi, padahal sebab cintamu hanyalah kecantikan fana dan kekayaan yang sementara.”
Maka jika saat ini kita sedang memendam rasa, atau menyukai seseorang yang kita kagumi, lantaran hanya memandang fisik luarnya, bersiap-siaplah untuk menuai kekecewaan. Karena demi Allah, semua itu tak kan abadi. Hanyalah kecantikan hati yang akan kekal sampai ke negeri akhirat. Calon pendamping surga tak akan pernah merisaukan atau hanya menilai berdasarkan fisik semata.
Seorang pendamping surga yang utama adalah yang apabila dipandang olah pasangannya, ia akan menjadi penyejuk mata, kata-katanya senantiasa menjadi penyejuk hati, penuh dengan keikhlasan. Kecantikan atau ketampanan sejati bukan terletak pada fisik, tapi ia terletak pada seberapa besar kecintaan seseorang pada Rabb-nya. Percayalah kawan, cantik atau tampan lahiriah hanya sebentar, jikalau kelak sudah menikah suami/istri lebih menyukai senyuman yang tulus. Tiada yang lebih berharga selain kebeningan hati serta keikhlasan dalam menjalani peran masing-masing.
Cinta yang sehat bukanlah cinta yang melahirkan nestapa jiwa, apalagi nestapa dunia akhirat. Cinta yang sehat mendidikkan kecerdasan kematangan emosi, ketenangan hati, dan kedewasaan berfikir. Ia mengajarkan kesabaran menahan syahwat atau membingkainya dengan ikatan suci yang diridhai-Nya. Mencari pendamping hidup terbaik adalah senantiasa berupaya merubah diri kita terlebih dahulu menjadi pribadi yang terbaik. Karena jodoh adalah cerminan siapa sebenarnya diri kita. Sebelum kita menuntut calon pasangan kita, marilah kita tuntut diri kita terlebih dahulu. Karena itulah sumber ketenangan.
Para pecinta sejati bukanlah ia yang senantiasa mengumbar-umbar cintanya. Tapi para pecinta sejati adalah orang yang bersedia komitmen menjaga cinta yang telah benar-benar halal untuknya. Sehingga cinta itupun kekal sampai ke surga. Mereka senantiasa menginginkan rasa cintanya tetap menjadi cinta perawan. Cinta yang hanya mereka berikan saat ijab qobul telah tertunaikan. Itulah cinta yang diridhai oleh Allah Swt.
Di kala mereka ingin membangun sebuah rumah tangga, mereka tak ingin hanya membangun rumah tangga di dunia, namun mereka sangat rindukan cinta mereka dapat bersatu kembali kelak di akhirat. Calon pendamping surga adalah dambaan setiap orang. Ia berkenan menjadi pakaian untuk pasangannya, saling menutupi kekurangan dengan kelebihan yang dimiliki masing-masing, saling mengingatkan dan bahu membahu dalam menapaki jalan kebenaran.
Wahai sahabat, Allah sedang menatap kita, Dialah yang menciptakan kita, menyaksikan apapun yang kita lakukan. Hidup hanya sekali dan hanya sebentar, mau ke mana lagi sebenarnya kita ini? Seharusnya hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang senantiasa bersungguh-sungguh kepada Allah. Hari-hari yang penuh cinta, hari-hari yang penuh kerinduan kepada Allah.
Bila saat ini kita sedang berbuat sesuatu yang membuat Allah murka, maka tanpa kita sadari calon pendamping surga kita pun juga berbuat hal yang sama. Namun jika saat ini kita sedang berjuang, bersungguh-sungguh menjaga rasa cinta ini agar tidak sampai jatuh kepada orang yang belum halal untuk kita, percayalah ia di sana juga berbuat hal yang serupa. Perempuan yang baik hanyalah untuk laki-laki yang baik begitu pula sebaliknya. Mungkin kita bisa bersembunyi dari manusia, namun kita tak kan pernah bisa bersembunyi dari Allah.
Maka ketika rasa itu datang menyusup ke dalam lubuk hati, biarkanlah ia tumbuh dengan dzikrullah yang senantiasa menghiasi bibir. Saat rindu kian membelenggu, biarkanlah ia membuat kita resah, kita nikmati rasa itu dengan menumpahkannya dalam larut tangis saat sepertiga malam terakhir memenuhi panggilan cinta Ilahi. Saat kita merasa tak kuat lagi memendam rasa itu, bahkan mungkin rasa itu telah menorehkan luka di hati, yakinlah kasih-Nya melebihi kasih seluruh manusia di alam ini.
Saat rasa sayang senantiasa terbayang dalam diri, yakinlah bila kita mencurahkannya sedikit saja pada Allah, pasti Dia tak akan mengecewakan kita sedikit pun, bahkan akan menurunkan ketenangan dalam hati kita. Saat kita yakin bahwa cinta sejati itu ada, maka ia hanyalah cinta untuk Rabb-nya. Kalau kita bersungguh-sungguh memendam rasa itu, hingga ia benar-benar menjelma menjadi cinta yang halal, Insya Allah, Allah pun tidak akan mengecewakan kita. Ia akan memberi pendamping surga terbaik untuk kita. Itulah hadiah bagi orang yang senantiasa menjaga kesucian cinta dan mengutamakan kecintaan pada Allah dari pada manusia.
Ada banyak hal yang belum kita tahu. Ada banyak keterampilan yang kita belum bisa. Ada banyak wawasan yang terlewatkan. Ada ribuan buku yang terbit tiap hari. Ada milyaran manusia yang belum kita kenal. Ada jutaan tempat yang belum kita kunjungi. Ada banyak kata yang belum sempat terucap dan tersampaikan. Ada banyak buah pikiran yang belum tersalurkan.
Ada banyak ide dan rancang karya yang belum kita wujudkan. Demi Allah ada banyak ilmu yang belum kita amalkan. Tak ada waktu hanya untuk sekadar bermain-main dengan cinta yang semu. Marilah kita senantiasa menyibukkan diri kita dengan berbagai aktivitas surgawi. Kita sambut kedatangan belahan jiwa kita dengan persiapan yang benar-benar telah matang. Karena dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang bertujuan hingga ke surga, memerlukan bekal ilmu dan keterampilan yang tiada tara.
Bayangkan sejenak, ketika kita sedang bermaksiat dan melanggar larangan-larangan Allah, maka bisa jadi saat itu pula jodoh kita sedang melakukan hal yang sama di sudut dunia lain. Semua orang pasti mendambakan pasangan yang terpelihara kesucian dan kehormatannya. Termasuk mereka yang sedang tenggelam dalam lumpur cumbu rayu ikatan cinta yang haram.
Al-Qur’an adalah surat cinta dari Allah untuk kita. Seharusnya kita begitu rindu kepada Allah, dan al-Qur’an menjadi sarana untuk menumpahkan segenap kerinduan kita. Mengantarkan kita menjadi orang yang tidak punya tujuan dalam hidup ini, selain ingin berjumpa dengan Allah. Kita cari semua jalan yang akan mengantarkan kita menjadi orang yang bisa kembali pulang kepada-Nya dengan selamat.
Kita teguhkan di hati terdalam kita, bahwa hidup di dunia ini hanya mampir sebentar. Keluarga, belajar, bekerja adalah ladang perjumpaan kita dengan Allah. Jadikanlah hari-hari kita menjadi hari-hari yang penuh cahaya, cahaya hidayah serta cahaya ilmu. Semoga perjuangan kita dalam menjaga kesucian cinta juga berbuah pahala dari Ilahi. Dan bila kita tidak mendapatkan pendamping yang terbaik di dunia ini, moga Allah berkenan menghadiahkan untuk kita pendamping surga yang sesungguhnya, kelak di akhirat.
Allah menjanjikan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik, perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik. Yakinilah akan janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan pernah memungkiri janji. Marilah kita perbaiki setiap inci dari kehidupan kita, agar kita termasuk orang yang memperoleh pendamping surga terbaik. Allah tahu tentang diri kita lebih daripada diri kita sendiri.
Maka Allah telah menetapkan untuk kita lebih baik dari pada apa yang kita kehendaki. Belum tentu seseorang yang sekarang ini kita kagumi, cinta kita kepadanya telah menggebu, bahkan tanpa kita sadari kita sering “memaksa” Allah untuk menjodohkan dirinya dengan kita, juga baik menurut pandangan Allah. Bisa jadi esok hari ia berubah menjadi orang yang teramat kita benci, karena sedikit aibnya dibukakan oleh Allah. Percayakan saja jodoh kita di tangan Allah, insya Allah itu akan membuat hati kita jauh lebih tenang.
Wahai pendamping surga, aku yakin di belahan bumi sana engkau sedang berjuang meningkatkan keilmuanmu, memperluas wawasanmu dan menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas surgawi yang membuat Allah semakin mencintaimu. Semoga Allah senantiasa menolongmu dalam setiap kesulitan, dan memberkahi setiap usahamu. Allah adalah cinta sejatimu yang tak kan pernah tergantikan dengan yang lain. Semoga Allah selalu menjagamu.
Wahai pendamping surgaku, yang akan menjadi imam dalam keluargaku, ayah untuk anak-anakku, aku pun di sini sedang mengupayakan hal yang sama. Melakukan hal yang terbaik sebagai persiapan untuk menyambutmu. Kadang aku lelah dan merasa jenuh dengan penantian ini. Tapi aku sadar, dalam penantian panjang ini adalah kesempatan yang diberikan Allah agar kita benar-benar mempersiapkan diri dengan limpahan ilmu dan kekuatan iman ketika mengarungi bahtera rumah tangga nanti. Sehingga kita dapat membawa cinta itu hingga ia kekal sampai surga. Bersabarlah sayang, karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar
Sumber: http://www.dakwatuna.com
Oleh:Safira Rahima