Bagaimana kita memaknai cinta? Cinta punya berbagai telahan dan interpretasi. Meskipun sudah banyak buku terbit bicara akan cinta, maknanya masih tetap luas seluas pemilik cinta itu; Allah SWT.
- Bahkan Imam Ibnul Qayyim sendiri pernah mengatakan sulit untuk menentukan cinta itu. Ibnul Qayyim berkata, terkadang cinta berarti al Luft (kelembutan). Terkadang cinta satu makna dengan rahmah atau kasih sayang. Kadang cinta berarti thadiyah atau pengorbanan. Kadang cinta dekat dengan itsar yaitu mendahului orang lain walaupun dirinya sangat membutuhkan.
Pengaruh CintaBegitu dalamnya makna cinta (Al mahabah) sampai-sampai ada yang mengeluarkan pendapat tentang makna cinta seperti "Hati yang buta untuk melihat selain orang yang dicinta, tuli untuk mendengar selain yang dicinta". Seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadits:
- "Kecintaanmu terhadap sesuatu bisa membuat buta dan tuli" (HR. Ahmad).
Menurut Imam Ibnu Jauzi pula, cinta adalah kecondongan jiwa yang sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabiatnya, maka jika pemikiran jiwa itu kuat mengarah kesana, ia akan selalu mengharapkannya. Karena itu pula, biasanya penyakit baru akan selalu muncul bagi orang yang sedang jatuh cinta, demikian uraian beliau dalam kitab Dzammul Hawa. Demikianlah dampak cinta, pengaruhnya bisa menjadi positif bahkan bisa menyeret kita ke negatif.
- Abu Umar az-Zajaji berkata, aku pernah bertanya kepada al-Junaid, tentang definisi cinta, lalu ia berkata, "Cinta adalah Anda mencintai semua yang dicintai Allah pada hamba-hamba-Nya dan membenci semua yang dibenci Allah pada hamba-hamba- nya. "Inilah benchmark kalau mau bercinta. Kayu pengukur apakah cinta kita itu benar atau tidak, itu mengacu pada tujuan cinta itu. Apakah ia sejalan dengan kehendak Allah SWT atau sebaliknya.
Cinta berbeda dengan syahwat.
Cinta itu harus baik, suci, bersih dan mendapat ridha Allah.Sedangkan syahwat adalah cinta yang ternoda.
Cinta yang ternoda akan membawa kita kepada kehancuran, kelalaian dan terhalang dari menerima petunjuk Allah SWT. Namun cinta syahwatlah yang menjadi arus cinta anak muda hari ini. Ketika bicara cinta saja, kita akan melihat anak-anak muda terpesona dengan keindahannya sehingga melupakan kebesaran Allah SWT. Bila cinta kita menyingkirkan kebesaran Allah SWT kita akan kehilangan keindahan yang paling besar, yaitu keindahan surga. Justru kalau kita terlepas keindahan surga, ke mana kita akan pergi nanti di akhirat?
Kemuliaan Kita Mulai Dengan KeimananKemuliaan cinta yang bersih karena Allah akan membawa kemuliaan buat diri kita di akhirat dengan meraih surga. Dalam shahih al-Bukhari, Rasulullah SAW menjelaskan kemuliaan cinta yang bisa seseorang meraih surga Allah SWT. Ada seorang arab badwi bertanya kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasulullah, kapankah hari kiamat?" Kemudian Rasulullah bertanya, "Apakah yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya." Lalu arab badwi itu menjawab. "Aku tidak menyiapkan sesuatu untuk menghadapi kiamat, kecuali hanya cinta Allah dan Rasul-Nya." Lalu Rasulullah SAW menjawab, "fainnaka ma'a man ahbabta, sesungguhnya engkau kelak di hari kiamat berada bersama dengan apa yang engkau cintai."
- Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda; "Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggamannya, kalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kalian tidak beriman sebelum saling mencintai". HR Muslim.
Dalam hadits di atas, persiapan keimanan menjadi dasar konstruksi cinta sesama manusia. Berarti, proses pembinaan iman adalah yang paling asasi sebelum membangun cinta yang Allah ridha. Tanpa keimanan yang benar, maka manusia akan terjebak dengan cinta syahwat. Inilah permasalahan kita, kita mau merasakan keindahan dan kebahagiaan cinta, tetapi kita tidak bersedia menyiapkan diri kita untuk beriman dengan Allah SWT dengan sebenar-benar iman sehingga melahirkan perasaan cinta berpaksikan wahyu. Hari ini ada yang rela melanggar syariat demi cinta, mengapa? Karena hatinya tidak disiapkan dengan iman.
- Kalau begitu, dalam Islam susahlah nak bercinta? Ada pula yang merasakan cinta sesama manusia (antara pria dan wanita) itu haram atau tidak digalakan dalam Islam. Ini pandangan yang salah. Allah menuntut kita sebagai muslim saling mencintai karena Allah. Namun, Allah membimbing kita agar membangun cinta berbasis iman bukan nafsu. Lihatlah di Barat hari ini, mereka memperjuangkan kebebasan dalam berhubungan baik antara sesama jenis kelamin maupun lawan jenis,
Akhirnya hari ini mereka menghadapi masalah kelahiran anak luar nikah dan berkesedudukan antara pria perempuan sehingga merusak insitusi keluarga mereka. Makin parah mereka menghalalkan pernikahan sesama jenis kelamin atas dasar kebebasan individu. Situasi ini akan melahirkan generasi masa depan yang celaru dan hilang makna kemanusiaan sebenarnya. Di negara kita juga saat ini kelahiran anak luar nikah semakin berkembang, perceraian rumahtangga kalangan yang baru menikah semakin meningkat. Bahkan ribuah pernikahan dibangun atas dasar syahwat justru terjadi porak peranda dalam institusi kekeluargaan. Apakah hal ini kita sadari?
Jalan Meraih Cinta AllahIslam tidak pernah melarang cinta. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW;
- "Barangsiapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah SWT.
Luarbiasa, Islam telah mendepani pedoman dalam persoalan cinta karena Allah amat memahami akan naluri manusia. Islam tidak pernah memisahkan persoalan cinta dengan persoalan iman. Masalahnya kita yang memisahkannya karena kelemahan jiwa kita yang tidak diisi dengan keimanan. Atau kita tidak membesar dengan biah (suasana) keimanan.
Mencintai seseorang karena Allah merupakan bagian dari proses meraih kenikmatan iman. Justru siapa kata Islam melarang cinta, bercintalah karena Allah karena akan menyuburkan iman.
- Dalam hadits Qudsi Allah berfirman; "CintaKu harus Kuberikan kepada orang-orang yang saling mencintai karena, CintaKu harus Kuberikan kepada orang-orang yang saling berkorban karena-, dan CintaKu harus Kuberikan kepada orang-orang yang menyambung hubungan karena-".
Indahnya bila cinta kita berporos iman. Hanya karena mencintai seseorang karena Allah, maka Allah akan mencintainya pula. Subhanallah. Inilah rahasia kenapa para sahabat Muhajirin dan Anshar diakui sebagai sebaik umat. Mereka membangun cinta sesama mereka karena Allah. Mereka menempatkan iman mereka kepada Allah dan Rasulullah SAW di depan dalam membangun kecintaan. Mereka bahagia dalam cinta yang hakiki. Kehidupan mereka penuh dengan kasih sayang dan kecintaan pada yang satu, Allah SWT.
Hiduplah di bawah naungan cinta dan saling mencintailah karena keagungan-Nya, niscaya akan mendapatkan naungan Allah, yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Nya.
- Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda; "Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan? Pada hari yang tiada naungan selain naunganKu ini, Aku menaungi mereka dengan naunganKu ". (HR Muslim)
Mari kita membangun cinta yang membangkitkan prestasi terbaik kita di akhirat kelak. Kita menempatkan aspirasi cinta agung kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW kemudian untuk orang-orang saleh, untuk keluarga kita, untuk sahabat-sahabat kita yang ikhlas bersahabat dengan kita, dan kita cinta akan diri kita. Jangan sampai cinta yang bersih yang seharusnya dapat mengirimkan kita ke surga, dikotori dengan tindakan kenistaan kita akibat gejolak hawa nafsu. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman pada hari kiamat, "Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, pada hari ini aku akan lindungi mereka pada hari tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku."
Energi Cinta Yang Mendasyatkan PribadiMari kita arahkan energi cinta kita untuk berprestasi sebagai hamba Allah. Mari menjadi hamba Allah karena kita cinta kepada Allah, insyaAllah kita akan mudah berprestasi sebagai hamba-Nya yang baik di dunia. Mengapa para sahabat RA memiliki prestasi yang luarbiasa sehingga memberikan implikasi besar kepada sejarah peradaban manusia? Karena cinta mereka yang begitu besar kepada Allah SWT. Lantas mereka dicintai oleh Allah, Rasul, para malaikat dan seluruh penduduk bumi.
Dalam sahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang menyatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda;
- "Kalau Allah sudah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berkata, 'Aku mencintai fulan, cintailah dia.' Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril pun berseru di tengah penduduk langit, 'Diumumkan bahwa Allah mencintai si fulan, karena itu cintailah dia.' Maka seluruh penduduk langit mencintainya. Lalu disampaikan kepada penduduk bumi, dan seluruh penduduk bumi mencintainya. "
Inilah penangan cinta hakiki, mendasyatkan pribadinya di sisi Allah dan makhluk-Nya. Tidak teringinkah kita membangun cinta kita pada sumbu ini, apakah kita membangun cinta sesama manusia apalagi cinta kepada suami, istri dan anak-anak. Jom meraih cinta yang mendasyatkan di sisi sang pemilik cinta ... Allah SWT.
Sumber:http://langitilahi.com